Hagia Sophia bukan bangunan biasa. Didirikan oleh Constantine, kaisar pertama yang menjadikan Kristen sebagai agama resmi Imperium Romawi. Hagia juga pernah menjadi gereja terbesar di dunia bagi umat Kristen. Maka, perubahan statusnya dibawah pemerintahan Turki beberapa hari lalu, bukan hanya dianggap menghapus jejak Kristen pada bekas museum ini, namun keputusan itu juga dianggap membuka luka perih Kristen sedunia atas kekalahan mereka terhadap Turki Utsmani.
Disaat meluasnya peran Turki dibawah Erdogan yang dianggap sbg 'The New King Maker' di kawasan Timur Tengah dan Eropa saat ini, isu Hagia Sophia berpotensi ikut mengubah hal-hal besar di kawasan. Sehingga muncul pertanyaan, "Hal besar apa yg mungkin terjadi pasca kasus Hagia Sophia?"
Untuk menjawabnya, mari ikuti Sadaqa Talks Forum dengan tema Hagia Sophia Antara Legitimasi Sejarah, Politik Kawasan dan Islamophobia.
NARA SUMBER
Menelusuri Fakta-fakta Sejarah Hagia Sophia
DR. Henri Salahudin, Peneliti Senior Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS). Istanbul, Turki.
Membaca Hagia Sophia dalam Konstelasi Politik Kawasan
DR. Arya Sandhiyudha S.Sos. M.Sc., Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI). Jakarta, Indonesia.
Hagia Sophia dan Kemungkinan Eskalasi Islamophobia di Dunia Barat
Mohamad Ridha M.Sc., Vice President IMSA (Indonesia Muslim Society in America). Portland, USA.
Pendaftaran (Tuliskan nama dan asal Anda - tempat terbatas):
iselenggarakan oleh SADAQA •••