Militer Israel telah melancarkan serangan udara di Gaza dalam ujian terbaru terhadap gencatan senjata yang dimulai pada 10 Oktober. Pejabat kesehatan di Gaza melaporkan sedikitnya 24 orang tewas dan 54 terluka, termasuk anak-anak.
Serangan pada hari Sabtu (22/11/2025) itu, yang menurut Israel dilakukan sebagai respons terhadap tembakan yang diarahkan pada tentaranya, terjadi di tengah meningkatnya momentum internasional mengenai Gaza setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin lalu menyetujui rancangan Amerika Serikat untuk mengamankan dan mengatur wilayah tersebut.
Rancangan itu memberi wewenang bagi pasukan stabilisasi internasional untuk menyediakan keamanan, menyetujui pembentukan otoritas transisi yang akan diawasi oleh Presiden AS Donald Trump, dan membayangkan kemungkinan jalur menuju pembentukan negara Palestina merdeka di masa depan.
Salah satu serangan pada Sabtu menargetkan sebuah kendaraan, menewaskan 11 warga Palestina dan melukai lebih dari 20 orang di lingkungan Remal, Kota Gaza, kata Rami Mhanna, direktur pelaksana Rumah Sakit al-Shifa, tempat para korban dibawa. Mayoritas korban luka adalah anak-anak, menurut Direktur Rumah Sakit Muhammad Abu Salmiya.
Serangan lain yang menargetkan sebuah rumah dekat Rumah Sakit al-Awda di Gaza tengah menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai 11 lainnya, dan satu serangan lagi terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Nuseirat menewaskan sedikitnya tujuh orang, termasuk seorang anak, serta melukai 16 orang, menurut pihak rumah sakit.
Serangan lainnya, yang menargetkan sebuah rumah di Deir el-Balah di Gaza tengah, menewaskan tiga orang, termasuk seorang perempuan, menurut Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, Israel telah melanggar gencatan senjata yang ditengahi AS di Gaza sedikitnya 497 kali dalam 44 hari, menewaskan ratusan warga Palestina sejak gencatan senjata diberlakukan.
Serangan-serangan ini telah menewaskan 342 warga sipil, dengan anak-anak, perempuan, dan lansia menjadi mayoritas korban.
Israel terus membatasi secara ketat aliran bantuan dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan ke wilayah yang hancur tersebut, meskipun kewajiban itu telah ditetapkan dalam perjanjian gencatan senjata.
Hamas pada Sabtu mengklaim bahwa Israel melanggar gencatan senjata dan menyeru para mediator – AS, Mesir, dan Qatar – untuk segera turun tangan.
