Islam mengajarkan muwazanah (menimbang kemaslahatan) dalam menghadapi beragam penentang. Nabi saw merasa senang dengan kemenangan Romawi atas Persia karena Romawi lebih dekat dengan kebenaran:
"Pada hari itu bergembiralah orang-orang beriman karena pertolongan Allah" (Qs. ar-Rum: 3-4)
Demikianlah al-Quran menyebutnya: "Pertolongan Allah".
?Tidak rasional berkonfrontasi dengan setiap lawan. Nabi saw berdamai dengan musuh yang paling ringan agar bisa menghadapi yang paling berat. Nabi saw tidak berkonfrontasi dengan orang-orang Yahudi hingga mampu melemahkan kaum musyrikin dan tidak menghadapi orang-orang munafik hingga berhasil mengusir orang-orang Yahudi!
Antusiasme seorang penulis terhadap isu-isu perselisihan dan permusuhan dengan pihak-pihak yang tidak sependapat, mengabaikan isu-isu yang disepakati dan mendiamkan pihak-pihak yang melanggarnya, merupakan tanda jelas adanya hawa nafsu yang terpendam.
?Politik syariah membedakan antara mereka yang melakukan kejahatan baru, dan mereka yang lalai dalam menghilangkan kejahatan yang dilakukan orang lain. Yang pertama tercela atas perbuatannya, dan yang kedua terpulang pada niatnya.
?Kadang seorang reformis mengajak orang yang tidak komit dengan agama untuk melakukan kebaikan demi merangkulnya dan mengurangi permusuhannya. Orang-orang munafik biasa duduk bersama Nabi saw bahkan kadang menemaninya berjihad!
?Langkah orang shaleh menuju keburukan adalah keburukan, dan langkah orang rusak menuju kesalehan adalah kesalehan. Nabi saw bersikap keras terhadap yang pertama karena dia menjauh dari kesalehan dan bersikap lunak terhadap yang kedua karena dia menuju kebaikan, meskipun kebaikan yang pertama lebih besar!
?Jika ada dua golongan yang berlawanan, maka lihatlah mana di antara mereka yang paling mendekati kebenaran dan paling jauh dari kebatilan, lalu dukunglah mereka. Karena syariat mengajarkan untuk mendekatkan dan menyempurnakan kebaikan, dan menjauhkan keburukan dan menguranginya.
?Salah satu kearifan dan kebijakan Islam adalah tidak berkonfrontasi dengan kelompok yang sedang berkonfrontasi dengan kelompok lain yang lebih berbahaya darinya. Karena permusuhan bertingkat-tingkat, begitu pula kasih sayang juga bertingkat-tingkat.
?Jangan menghadapi lawan sampai Anda mengetahui siapa orang yang paling bahagia dengan kekalahannya. Karena bisa jadi kemenanganmu atas musuh bisa menguatkan musuh lain yang lebih berbahaya darinya.
?Sibuk dengan perselisihan tentang hal-hal sektoral di saat lemahnya hal-hal yang prinsip berarti menyia-nyiakan hal-hal yang prinsip. Karena itu Nabi Muhammad SAW memulai syariat dengan hal-hal yang prinsip dan mengokohkannya, lalu membangun cabang-cabang di atasnya sehingga ajarannya kokoh.
?Jika terjadi perselisihan besar, maka orang-orang yang berselisih menyakut hal-hal kecil harus bersatu. Orang yang menghidupkan hal-hal kecil di saat perkara-perkara besar harus dihidupkan adalah orang bodoh atau berbuat karena hawa nafsunya bukan karena Allah.
?Barangsiapa yang jauh dari kebenaran, kita bergembira jika dia selangkah mendekati kebenaran dan kita bersikap lunak terhadapnya agar dia melakukan hal yang sama. Barangsiapa yang dekat dengan kebenaran, kita marah jika dia menjauh darinya, dan kita bersikap keras kepadanya agar dia tidak menjauh dengan hal yang sama.
?Setiap makar yang dilakukan oleh pelaku kebatilan terhadap kebenaran, pasti dikembalikan Allah kepada mereka.
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِيْ كُلِّ قَرْ يَةٍ اَكٰبِرَ مُجْرِمِيْهَا لِيَمْكُرُوْا فِيْهَا ۗ وَمَا يَمْكُرُوْنَ اِلَّا بِاَ نْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ
"Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya." (QS. Al-An'am: 123)•••